Selasa, 29 September 2015

Cara Menganalisa Gas Darah

Cara menganalisa Gas Darah dengan kolom tic-tac-toe
contoh soal :

credit nursingsurvive
















  • Parameter: 
             Acid <----------------------------> base

‌PH                  7.35 -  7.45                         ----> alkalosis
‌PCO2               45  -  35   (respiratori)      <----  acidosis
‌HCO3              22  -  26   (metabolis)        ----> alkalosis

‌artinya, pH dan HCO3 semakin ke kanan/semakin besar nilai maka semakin basa, sebaliknya CO2 semakin ke kiri/semakin besar nilai maka semakin asam/acid

Lalu kelompokkan parameter  pada soal berdasarkan kolom tic tac toe yaitu acid, normal dan basa, seperti di bawah ini:

credit nursingsurvive













  • cotoh soal 1 : pH 7.79  PCO2 24   HCO3 21
Yang pertama kita lihat adalah pH 7.79 artinya bersifat basa, maka kita letakkan di kolom basa, CO2 pun sama di kolom basa, sedangkan HCO3 di kolom acid.

Maka kita membacanya : Alkalosis (pH di kolom basa) respiratori (CO2 sama2 basa) namun HCO3 sebaliknya.. artinya ada kompensasi atau usaha menetralkan ph (namun pH msh basa) dari HCO3 sehingga disebut kompensasi sebagian atau partial. "Alkalosis respiratori terkompensasi sebagian"
  • Bila semua parameter berada di kolom normal, maka AGD dikatakan normal contoh soal no 4 dan 9
  • ‌Bila CO2 dan HCO3 berseberangan kolom dan pH di rentang normal 7.35 -7.45 artinya terkompensasi penuh, namun harus kita buat lagi rentang pH, yaitu : 
          antara 7.35 <-- 7.40 -->7.45
         * Bila antara 7.35 - 7.40 dikatakan pH acid,      
         * Bila antara 7.40 -7.45 dikatakan pH basa


         terlihat pada contoh pada soal no 3. "alkalosis metabolik terkompensasi penuh"
  • ‌Bila salah satu parameter mengikuti pH yang acid atau basa, sedangkan yang lain normal/tidak melakukan apapun (berada di kolom normal), maka dikatakan alkalosis/acidosis, respiratori/metabolik tak terkompensasi
        terlihat pada contoh soal no  2 " asidosis metabolik tak terkompensasi, sedangkan no 8 "alkalosis respiratori tak terkompensasi"

  • Penjelasan ini akan lebih mudah di pahami bila kita mengikuti video di bawah ini




semoga penjelasan ini bermanfaat.

asumber nursingsurvive.com

Sabtu, 26 September 2015

Gambaran Normal CT (Computed Tomography) Scaning Potongan Axial

Gambaran Normal CT Scan Potongan Axial, serta bagian2nya











dari cafe-radiologi.blogspot.com dan berbagai sumber

Jumat, 18 September 2015

Teknik Pemberian Makanan Cair

1. Bolus
yaitu memasukkan enteral sekaligus denga frekwensi 4-6 kali sehari
lama pemberian berkisar 5-15 menit / kali pemberian dan anjuran 250-300 ml/ kali pemberian  + 50 ml bilas pipa

bolus

2. Intermiten
frekwensi pemberian 6-8 kali / hari
tahapan nya adalah 6 ml --> 8ml-->12 ml/menit
atau 180 ml/30mnt --> 240 ml/30mnt --> 300ml/25mnt
 
3. Drip
yaitu pemberian enteral dengan menggunakan mesin pompa yang aturannya diatur bertahap mulai dari 20ml/jam sampai dengan 150ml/jam




sumber, prof., dr. Jusuf Misbach.Stroke. Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen, 2011

Minggu, 13 September 2015

Behavioral Pain Scale (BPS)


BPS atau Behavioural Pain Scale adalah sebuah tehnik yang dapat digunakan untuk penilaian nyeri pada pasien penurunan kesadaran dengan ventilator dimana penilaian tersebut berdasarkan tiga ekspresi perilaku, yaitu ekspresi wajah, pergerakan ekstremitas atas, dan kompensasi terhadap ventilator. BPS menggambarkan nyeri dalam rentan skor antara 3 (tidak nyeri) hingga 12 (nyeri paling hebat). Adapun penilaiannya adalah sebagai berikut:
  1. Ekspresi Wajah: relaks/santai (skor 1), sedikit mengerut/mis. mengerutkan dahi (skor 2), mengerut secara penuh/mis. hingga menutup kelopak mata (skor 3), meringis (skor 4).
  2. Pergerakan Ekstremitas Atas: tidak ada pergerakan (skor 1), sedikit membungkuk (skor 2), membungkuk penuh dengan fleksi pada jari (skor 3), retraksi permanen (skor 4)
  3. Kompensasi terhadap Ventilator: pergerakan yang menoleransi (skor 1), batuk dengan pergerakan (skor 2), melawan ventilator (skor 3), tidak mampu mengontrol ventilator (skor 4).

BPS

sumber ; Assessing pain in non-intubated critically ill patients unable to self report: an adaptation of the Behavioral Pain Scale


counting test pada pasien miestenia grafis dan gulian barre syndrom

miestenia grafis (MG) merupakan salah satu penyakit autoimun yang menyerang sistem sambungan saraf (synap), pada penderita miestenia gravis, sel antibodi tubuh atau kekebalan akan menyrang sambungan saraf yang mengandung acetylcholine (ACh), yaitu neurotransmiter yang mengantarkankan rangsangan dari saraf satu ke saraf lainnya. jika reseptor mengalami gangguan, maka akan menyebab kekurangan, sehingga komunikasi antar sel saraf dan otot terganggu dan menyebabkan kelemahan otot.

Gulian barre syndrome (GBS) merupakan suatu kelompok heterogen dari proses yang diperantarai oleh imunitas, suatu kelainan yang jarang terjadi; dimana sistem imunitas tubuh menyerang sarafnya sendiri. Kelainan ini ditandai oleh adanya disfungsi motorik, sensorik dan otonom. Dari bentuk klasiknya, GBS merupakan suatu polineuopati demielinasi dengan karakteristik kelemahan otot asendens yang simetris dan progresif, paralisis, dan hiporefleksi, dengan atau tanpa gejala sensorik ataupun otonom. Namun, terdapat varian GBS yang melibatkan saraf kranial ataupun murni motorik. Pada kasus berat, kelemahan otot dapat menyebabkan kegagalan nafas sehingga mengancam jiwa.



Pemeriksaan Fisik dengan Counting Test  
counting test adalah tehnik alternatif  sederhana yang bisa digunakan untuk menentukan kapasitas paru pasien MG dan GBS sebagai alternatip bila pemeriksaan spyrometri tidak dijumpai.
Tehnik : pasien dianjurkan untuk menarik napas dalam, dan saat expirasi menghitung keras dari angka 1,2,3,4 dan seterusnya, tehnik ini bertujuan untuk menentukan seberapa banyak pasien dapat menghitung dalam satu napas . Jika pasien dapat menghitung sampai " 10 " pada satu napas mereka mungkin memiliki kapasitas vital paksa sekitar 1000 ml , jika mereka dapat menghitung sampai " 25 " maka kapasitas vital dapat diperkirakan sekitar 2000 ml . tehnik counting test ini sering di gunakan untuk mengevaluasi sejauh mana perbaikan kekuatan otot pernapasan pasien.




Penggunaan Obat Golongan Proton Pump Inhibitor (Omeprazol) Pada Terapi Tukak Lambung

Tukak lambung merupakan salah satu penyakit yang mengganggu sistem gastrointestinal. Tukak lambung disebabkan oleh adanya ketidak seimbangan antara mekanisme pertahanan dan perbaikan mukosa lambung dengan asam lambung dan pepsin.
Asam lambung disekresi oleh sel parietal lambung. Pepsinogen disekresi oleh sel shief pada fundus lambung.Pertahanan mukosa lambung dimaksudkan untuk melindungi lambung dari bahan dari dalam maupun bahan dari luar tubuh yang berbahaya. Perbaikan mukosa lambung terjadi saat timbul luka pada lambung akibat penggantian sel epitel.
Gangguan pertahanan dan perbaikan mukosa lambung terutama disebabkan oleh infeksi Hellicobacter pylori (HP) dan penggunaan NSAIDs. HP merupakan bakteri gram negatif, berbentuk spiral, sensitif terhadap pH, dan merupakan mikroaerofilik yang terletak antara lapisan mukus dan permukaan sel epitel lambung. HP berpengaruh pada kerusakan langsung mukosa dan perubahan imunitas host.
NSAIDs atau obat anti inflamasi non-steroid, menyebabkan kerusakan mukosa dengan 2 mekanisme, yaitu: mengiritasi langsung pada epitel lambung dan menghambat pembentukan prostaglandin. Prostaglandin berguna untuk mempertahankan mukosa gastrointestinal.
Sebelum dilakukan terapi penyembuhan tukak lambung maka perlu ditentukan penatalaksanaan terapi yang meliputi sasaran terapi, tujuan terapi, dan strategi terapi. Dalam terapi tukak lambung yang menjadi sasaran terapi adalah menetralkan asam lambung, melindungi pertahanan mukosa, dan membunuh HP (hal ini dilakukan jika tukak lambung disebabkan oleh infeksi HP). Tujuan terapi tukak lambung adalah menyembuhkan tukak, mencegah tukak kambuh, menghilangkan nyeri tukak, dan menghindari terjadinya komplikasi.Strategi terapi untuk tukak lambung meliputi terapi non-farmakologis dan farmakologis. Terapi non-farmakologis dapat dilakukan dengan menghentikan penggunaan NSAIDs dan obat-obat lain yang memiliki efek samping tukak lambung, menghindari stress yang berlebihan, menghindari makanan dan minuman yang dapat memperburuk gejala tukak lambung dan menjaga sanitas baik diri sendiri maupun lingkungan.
Terapi farmakologi untuk tukak lambung :
1. Hreseptor antagonis
    Mekanisme kerja : mengurangi sekresi asam dengan cara memblok reseptor histamin dalam sel-sel parietal lambung.
    Contoh : simetidin, ranitidin.
    2. Proton pump inhibitor
      Mekanisme kerja : mengontrol sekresi asam lambung dengan cara menghambat pompa proton yang mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal lambung.
      Contoh : omeprazol, lansoprazol, esomeprazol, pantoprazol, dan rabeprazol.
      3. Bismuth chelate
        Mekanisme kerja : membasmi organisme karena bersifat racun terhadap HP.
        Kombinasi bismuth dengan ranitidin yang dikenal sebagai ranitidin bismuth sitrat jika dikombinasikan dengan 1 atau 2 antibiotik dapat ampuh membasmi HP.
        Efek samping obat ini dapat terakumulasi pada pasien yang memiliki gangguan fungsi ginjal.
        4. Sukralfat
          Mekanisme kerja : melindungi mukosa dengan cara membentuk gel yang sangat lengket dan dapat melekat kuat pada dasar tukak sehingga menutupi tukak.
          5. Antasida
            Mekanisme kerja : menetralkan asam lambung dengan cara meningkatkan pH lumen lambung.
            Obat ini hanya menetralkan asam lambung tetapi tidak dapat menyembuhkan tukak.
            Contoh : Natrium bikarbonat, Mg(OH)2, Al(OH)3.
            6. Misoprostol
              Misoprostol merupakan analog prostaglandin yang mendukung penyembuhan tukak dengan menstimulasi mekanisme proteksi pada mukosa lambung dan menurunkan sekresi asam. Misoprostol digunakan pada pasien yang mengkonsumsi NSAIDs untuk mencegah timbulnya tukak.
              7. Antibiotik
                Antibiotik digunakan untuk membasmi HP. Dalam pengobatan tukak lambung, antibiotik yang digunakan biasanya kombinasi 2 antibiotik. Hal ini bertujuan untuk menghindari resistensi antibiotik.
                Contoh kombinasi antibiotik : klaritomisin-amoksisilin, klaritomisin-metronidazol, metronidazol-amoksisilin, metronidazol-tetrasiklin.
                Dalam menentukan pilihan obat untuk terapi farmakologis tukak lambung, perlu dilakukan penyesuaian dengan mempertimbangkan sasaran terapi dan faktor-faktor penyebab terjadinya tukak lambung.Misalnya: jika tukak lambung disebabkan karena infeksi HP maka dalam terapi digunakan obat golongan Hreseptor antagonis atau proton pump inhibitor untuk mengurangi sekresi asam lambung dan perlu ditambahkan antibiotik untuk membasmi HP. Namun jika tukak lambung tidak disebabkan oleh HP maka terapi tukak lambung tidak perlu menggunakan antibiotik, terapi yang diberikan cukup dengan obat yang dapat menetralkan asam lambung atau dengan obat yang dapat mengurangi sekresi asam lambung.
                Obat pilihan untuk terapi tukak lambung tanpa infeksi HP salah satunya yaitu omeprazol, yang merupakan obat golongan proton pump inhibitor.
                Nama generik Omeprazol
                Nama dagang : Protop®, Pumpitor®, Norsec®, Lambuzole®, Loklor®, Losec®, OMZ®, Prilos®, Socid®, Contral®, Dudencer®, Opm®, Onic®, Promezol®, Stomacer®, Prohibit®, Ulzol®, Zollocid®, Zepral®, Lokev®, Meisec®, Omevell®, Ozid®
                Indikasi : Tukak lambung, tukak duodenum, tukak esofagus, refluk esofagus, sindrom Zollinger-Ellison, tukak yang resisten,pembasmian HP saat dikombinasi dengan antibiotik, pendarahan gastrointestinal bagian atas, tukak karena NSAIDs. Omeprazol digunakan untuk terapi jangka pendek dan jangka panjang.
                Kontraindikasi : Pasien yang hipersensitif terhadap omeprasol, atau obat turunan benzimidazol seperti lansoprazol, pantoprazol, esomeprazol, dan rabeprazol.
                Bentuk sedian dan kekuatan :
                · Kapsul lepas lambat berisi granul bersalut enterik (10 mg, 20 mg, 40 mg).
                · Tablet lepas lambat (20 mg).
                Dosis dan aturan pakai : 20-40 mg sekali sehari selama 4-8 minggu. Omeprazol diminum 15-30 menit sebelum makan pagi. Tablet atau kapsul omeprazol diminum dengan cara langsung ditelan menggunakan air. Jangan menguyah atau menghancurkan tablet omeprazol dan jangan membuka kapsul omeprazol karena obat ini didesain untuk lepas lambat.
                Efek samping : Diare, sakit kepala, konstipasi, mual, muntah, nyeri perut, batuk, rasa letih, nyeri punggung, gejala flu, ruam kulit.
                Resiko khusus :
                · Anak usia < 18 th : nyeri kepala
                · Wanita hamil : terdapat laporan omeprazol menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkan oleh wanita yang mengkonsumsi omeprazol selama hamil. Omeprazol diberikan pada wanita hamil apabila manfaat lebih besar daripada resiko pada janin.
                · Wanita menyusui : omeprazol didistribusikan ke air susu maka sebaiknya omeprazol tidak digunakan pada wanita menyusui, penggunaan omeprazol pada wanita menyusui dapat diganti dengan obat golongan antasida.
                · Pasien cirrhosis à : jumlah obat di dalam tubuh akan meningkat jika dibandingkan dengan pasien tanpa penyakit tambahan.
                Pustaka
                Berardi, R.R., dkk., 2004, Handbook of Nonprescreption Drugs, 14th ed., American Pharmacist Association, Washington.
                Dollery, C.,1999, Therapeutic Drugs, 2nd ed., vol. 2 (I-Z), Churcill Livingstone, United Kingdom.
                Dipiro, J.T., 1997, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 3rd ed., 629-646, A Simon and Schuster Company, USA.
                Evoy, G.K.M., 2005, AHFS Drug Information, American Society of Health-System Pharmacists, USA.
                Neal, M.J., 2005, At A Glance Farmakologi Medis, 5th ed., 30-31, diterjemahkan oleh Juwalita Surapsari, Penerbit Erlangga, Jakarta.

                dari sumber yg mohon maaf saya lupa sumber blog nya